Jumat, 18 Mei 2012

kereta sakti pengarung Jawa yang membanting harga dan menguras jiwa

Melewati Stasiun Kutoarjo semalam saat dalam perjalanan ke Yogya dengan kereta api membuatku teringat pada suatu pengalaman yang mungkin hanya didapat sekali itu saja. Waktu itu kalau tidak salah sekitar awal 2011 atau akhir 2010, ada proyek jalur ganda kereta api dari Kroya ke Kutoarjo. kerjaan untukku mendasar teknik hidraulika saja, meninjau apakah diperlukan perlindungan gerusan untuk jembatan-jembatan yang kakinya nyemplung ke sungai untuk mencegah ambrol gara2 telapaknya growong terlibas arus. sepanjang Kroya - Kutoarjo yang merupakan bagian dari rute selatan KA dari Bandung menuju Yogya, ada beberapa jembatan yang perlu ditilik. beberapa jembatan yang perlu survey tambahan berada di dekat Gombong, Kebumen (yang juga kampung halaman pekerja rumah tangga keluargaku yg setia, Yu Darti =D), dan karena aku yg mengurus proyek itu jadilah aku perlu bercokol di Gombong juga untuk ikutan survey.

sebenarnya kerjaan surveyku nggak susah. namanya juga asisten ahli di kantor, kalau di lapangan ya kerjanya hanya wawancara dan potret sana-sini saja. setelahnya adalah bagian surveyor beneran untuk mengukur2 yg perlu diukur. singkat kata mendadak setelah seharian potret2 aku jadi nganggur+mati gaya selama 2 hari ke depan. karena mega2 nganggur, aku jd berencana untuk ke Yogya saja ke tempat kakakku, siapa tahu dapat ide harus ngapain sementara surveyor2 itu mondar-mandir di dalam sungai. pilihan transportasi ke Yogya banyak: bus, travel dan KA. Gombong hanya sekitar 3 jam dari Yogya, jadi kapan pun aku mau ngeloyor ke sana rasanya nggak masalah. malam itu rencananya aku mau cari penginapan di Gombong (ga mungkin lah ya numpang ke rumah Yu Darti secara beliaunya juga ada di Jakarta, ha3) dan paginya ke Yogya, kemungkinan dengan bus yg suka mangkal di depan pasar. surveyor yang lain mencari penginapan di dekat lokasi survey, dan berhubung aku harus dekat2 pasar jadi lah aku cari penginapan sendiri.

dengan masih menenteng2 ransel aku menyusuri jalan di seberang pasar Gombong sambil lihat2 kalau2 ada penginapan yg kelihatannya 'menjanjikan'. dan sampailah aku di sebuah belokan, dengan plang yang sangat menarik hati bertuliskan 'Stasiun Gombong' mengarah ke belokan tersebut. kupikir sayang juga kalau sudah lihat2 jembatan tapi malah belum pernah datang ke stasiunnya langsung, jadi karena masih sore kayaknya lihat2 stasiun dulu sebelum dapat penginapan tidak ada salahnya. tapi aku orangnya impulsif, jadi mungkin langkah itu agak sedikit salah besar XD.

di Stasiun Gombong yang tergolong kecil dan sederhana itu ada papan berisi jadwal2 KA. salah satunya adalah Gaya Baru Malam, dari Jakarta ke Surabaya dan berhenti di Yogya sekitar jam 9an. kereta ini berangkat dari Gombong sekitar jam 7an dan tiba2 aku terpikir.. daripada nunggu bus besok pagi, kenapa nggak naik yg ini saja? kalau jadwalnya benar begitu (yah, mungkin meleset2 dikit khas orang kita..) aku bisa sampai Yogya hari ini nggak terlalu malam dan masih bisa minta tolong kakakku untuk jemput! tanpa pikir panjang (kesalahan besar nomor 2) aku langsung ke loket dan membeli si tiket sakti yg bisa membawaku ke Yogya malam itu juga. setelah si mas loket menyebut harganya aku agak nggak mudeng karena murah banget (nggak nyampe 50rb deh). mungkin melihat tampang Jakarta+Bandung ku yang sedikit tolol di kota orang di tengah Jawa, si mas loket menambahkan 'itu KA ekonomi mbak'. 'oh, makanya murah?'. 'iya, dan merakyat gitu lah mbak'. 'ooooh... ya udah saya beli satu'. sayang sekali sinyal si masnya untuk menekankan kata 'merakyat' sama sekali nggak tertangkap sama otakku yang korslet, jadi aku pede aja beli si tiket sakti itu.

dan skitar jam stengah 8an, muncullah si kereta ekonomi sakti itu yang wow oh wow, nggak ada kata2 di dunia ini yg bisa mendeskripsikannya dengan tepat kecuali 'wow' (sebenernya aku mau pake kata 'nggilani', tp dengan segala hormat ke seluruh penumpang KA ekonomi, marilah kita gunakan kata 'wow' saja). si kereta rakyat ini nggak cuma sakti dari segi harga, tapi bener2 mandraguna dari segi daya tampung. aku yakin kalau seisi KA itu ditumplekin keluar, mereka semua bisa mengisi lapak2 pasar tanah abang sampe penuh semua (tau kan lapak se-tanah abang sebanyak apa? ya hiperbolisnya sebanyak itu lah org2 yg kuliat). aku masuk di gerbong yang berhenti pas di depan muka bengongku aja, dan setelah lihat isi dalemnya... rasanya aku pengen ngakak sampe Surabaya. aku tahu orang2 Indonesia yang ada di garis pas2an itu adalah pejuang keras yang berusaha sekuat tenaga untuk menghidupi setiap keluarga mereka. tapi setelah liat mereka2 itu yang memenuhi KA ekonomi sampai tiap jengkal sudutnya, bertahan dari siang bolong di Jakarta sampai pagi buta di Surabaya, aku pikir 'niat amat sih org2 inih'.

terlepas dari rasa kasihan thdp keadaan gerbong yg nggak manusiawi, dan kejengkelan krn semua org oportunis bgt dalam mencari segala kesempatan duduk, sampai sedih krn yg kayak gini pasti kejadian tiap hari selama KA Gaya Baru Malam masih beroperasi, yg muncul paling awal dan besar dari dalam otak korsletku adalah 'kaya begini ujungnya sampe mana ya?'. jadilah dari sekitar 3 jam perjalananku di KA ekonomi itu, sejamnya kupake buat menembus KA itu sampe belakang. sebenernya misi ini nggak berhasil sih, krn aku kehilangan fokus di gerbong keenam (gara2 byk abang2 yg penasaran knp aku jalan terus ke gerbong belakang. sapaan plg banyak adl 'mau cari tmpt tiduran ya neng?', yg kubales pake cengiran aja krn energiku udh abis buat nembus gelimangan org2. walopun sebenernya pengen teriak jg 'nggak sih mas, saya cuma mau cari aja ujungnya di mana'. tp salah2 ntar disangka sakit jiwa), dan tiba2 menemukan tempat duduk di gerbong kedelapan. aku masih mau jalan terus sampe belakang, sampe ketemu ujung dari kehebohan paling besar sejagad KA itu, tapi krn ibu2 di sekitar tempat kosong itu terus mengawe2 supaya aku duduk di situ aja jadilah aku duduk deh..

ibu2 itu semuanya pake jilbab, memeluk barang bawaan mereka, terkantuk2 sambil merapatkan diri krn tempatnya suempuit!! mereka cerita dikit bahwa mereka berangkat dari Jakarta siang tadi, dan turun di perhentian terakhir, Surabaya. 'ngapain Bu naik kereta jauh2 amat?' adalah pertanyaan nggak mutu yg kulontarkan krn otakku yang makin korslet ga bisa memproduksi sesuatu yg lebih baik. 'mau nengok keluarga aja di Surabaya, kami pedagang di pasar di Jakarta'. aku nggak nanya2 lg, krn kayanya mereka jg lg nyimpen energi untuk dipake di Surabaya, untuk pulang ke rumah keluarga mereka masing2, untuk menguatkan diri lagi kembali ke Jakarta yg keras stlh 'liburan' yg entah cuma berapa saat, dan untuk masuk lagi ke kereta sakti yg bisa melintas Jawa dengan harga murah dan persaingan ketat ala SPMB untuk bisa dapet tmpt duduk ini. sambil menunggu sisa 2 jam yang super ajaib sampai tiba di Yogya di tengah kereta uyel2an itu, aku memasang lagu J-Pop di hp dgn headset dan berusaha menghibur diri, berusaha untuk tetap sadar diri sebelum hilang di tengah kesesakan yang anonim itu. aku merenungi kondisiku sebagai asisten ahli yg biasa di kantor dan tiba2 disuruh survey dan nyasar dalam KA ekonomi krn ngotot ngeloyor ke Yogya. benar2 sangat beruntung. beruntung lah bagi orang2 yg nyasar dalam perjalanan panjang dan melelahkan ini, krn ada orang2 yg memang inilah salah satu tujuan hidupnya pada hari itu: bercokol seharian dalam gerbong2 yg suram, mengarungi Jawa untuk memperjuangkan nasib di kota2 besar.

malam itu aku, alhamdulillah, sampe dengan selamat dan utuh di Stasiun Lempuyangan, Yogya, beberapa menit sblm jam 10 malam. kakakku ada di luar dengan mobilnya, menjemputku bareng pacarnya sambil cengir2. aku tahu dia pasti tahu isinya KA rakyat itu seperti apa, jadi kalimat pertama yang terucap adalah 'jangan bilang Bapak-Ibu aku td naik itu!'.

kembali ke Stasiun Kutoarjo semalam, kereta Lodaya Malam yang kutumpangi di gerbong eksekutif kembali berjalan setelah berhenti sebentar. di sebelahku, Ibuku tertidur dengan selimut dari KA menutupi sampai kepala karena AC yg dinginnya bisa menyetop pemanasan global. begitulah kalau aku sedang tidak menjadi 'asisten ahli yg biasa di kantor dan tiba2 disuruh survey dan nyasar dalam KA ekonomi krn ngotot ngeloyor ke Yogya', naik KA yg nyaman dan bisa sampai tujuan dengan enak. tapi bagaimanapun kalau tidak tahu dasarnya jurang dunia, tidak akan bisa menghargai hal2 yang bisa dilihat di darat dan langit. mengingat hari itu, aku memasang lagu J-Pop di Ipod ku dan berusaha untuk sadar diri sebelum hilang di tengah kesunyian kereta eksekutif yg anonim itu.

ti.at.oscha @ Sitisewu

Tidak ada komentar: